TUGAS
ILMU BUDAYA DASAR
BANGUNAN
BUDAYA INDONESIA
RUMAH
PANGGUNG KAJANG LEKO (JAMBI)
OLEH : AUFI
NABILA
NPM :
51414804
KELAS: 1IA02
BAB
I
PENDAHULUAN
Jambi merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera. Jambi juga merupakan nama sebuah kota di
provinsi ini yang merupakan kota ibukota provinsi. Jambi terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Kota Jambi
terbentuk ketika Kerajaan Melayu Jambi berdiri sekitar abad XVII. Terletak di
sekitar tepian Sungai Batanghari, Jambi dibentuk dari berbagai kebudayaan yang
berasal dari berbagai etnik, strata sosial, ekonomi, dll yang dapat dilihat
dari bangunan dan suasana tepi sungai.
Gambar 1.1 :Rumah Panggung Kajang
Leko
BAB
II
TIPOLOGI
BANGUNAN
Jambi pernah berada pada masa-masa pencarian identitas rumah
adat karena terlalu banyak
pilihan dan harus memilih satu di antara dua jenis arsitektur rumah tertua di
Jambi. Hingga kemudian pada tahun 70-an, gubernur menyelenggarakan sayembara
untuk memastikan rumah adat identitas negeri “Sepucuk
Jambi Sembilan Lurah” ini.
Dari hasil sayembara tersebut, rumah panggung yang menjadi
simbol hunian tradisional masyarakat Jambi dan kita kenal hari ini adalah Rumah Panggung Kajang Leko. Sebagai bentuk dukungan langsung,
Pemerintah Provinsi Jambi membangun rumah tersebut di dalam kompleks Kantor
Gubernur Jambi. Dikerjakan pada tahun 1971-1974
serta memusiumkannya. Hingga hari ini kita masih mudah menemukan Rumah Panggung Kajang Leko,
bahkan di luar kantor-kantor pemerintahan. Hal ini menjadi poin positif
tentunya, karena masyarakat Jambi justru bereforia membangun rumah-rumah
berarsitektur adat di tengah perkembangan budaya dan rongrongan kemajuan zaman.
Rumah Panggung Kajang
Leko adalah konsep arsitektur dari Marga Bathin. Salah satu perkampungan Bathin yang masih utuh hingga sekarang
adalah Kampung Lamo di Rantau
Panjang.
Tipologi Rumah Kajang Leko berbentuk bangsal, empat persegi
panjang dengan ukuran 12 meter x 9 meter. Keunikannya terletak pada struktur
konstruksi dan seni ukiran yang menghiasi bangunan. Dari segi konstruksi
bubungan atap bangunan rumah panggung Kejang Lako dinamai ‘gajah mabuk’ diambil
dari nama pembuat rumah yang mabuk cinta tetapi tidak mendapat restu orang tuanya.
Dengan atap bagian atas dinamakan kasau bentuk dibuat dari mengkuang atau ijuk
yang dianyam kemudian dilipat dua, berfungsi untuk mencegah air hujan agar
tidak masuk ke dalam rumah. Pada bagian langit-langit ada yang dinamai tebar
layar yang berfungsi sebagai dinding penutup ruang atas dan penahan rembesan
tempias air hujan. Sementara ruang antara tebar layar dan bubungan atap
difungsikan sebagai tempat menyimpan barang tak terpakai dinamai panteh. Dan
pada bagian samping, masing-masing dinding, terbuat dari papan yang diukir.
Rumah Panggung Kajang Lako memiliki 30 tiang yang terdiri dari 24 tiang utama
dan 6 tiang palamban. Tiang utama berfungsi sebagai tiang bawah (tongkat) dan
sebagai tiang kerangka bangunan juga sebagai tiang penyekat yang membagi
ruangan menjadi 8 ruangan dengan kegunaannya masing-masing.
Di
bagian depan terdapat ruang masinding. Masyarakat Jambi biasanya menggelar
musyawarah adat di rungan ini, dan dipergunakan untuk tempat duduk khusus untuk
kaum laki-laki. Karena ruangan ini berfungsi sebagai sarana interaksi sosial,
tak heran jika kita mendapati beberapa ragam ukiran. Berikutnya kita akan
menemukan motif bungo jeruk yang diukir pada luar rasuk (belandar) di atas
pintu. Ragam hias dengan motif flora tersbut dibuat berwarna. Dengan makna
filosofis menggambarkan kesuburan Jambi. Setelah itu ada ruang tengah yang
berfungsi untuk ditempati oleh para wanita pada saat pelaksanaan upacara adat. Berikutnya
adalah ruang balik malintang. Ruang ini terletak di ujung sebelah kanan Rumah
Panggung Kajang. Ruangan ini tidak boleh ditempati oleh sembarang orang.
Besarnya ruangan balik melintang berukuran 2×9 meter, atau sama dengan luas
ruang gaho. Seperti halnya ruang gaho, ruangan balik melintang pun dihiasi
ragam ukiran yang berbentuk sisik ikan.
Sementara
di bagian bawah terdapat ruang bauman. Ruang ini tidak berlantai dan tidak
berdinding, dipergunakan untuk menyimpan abrang, atau memasak pada waktu ada
pesta, serta kegiatan lainnya.
BAB
III
KEARIFAN
LOKAL DALAM BANGUNAN
Rumah
Panggung Kajang Leko ini juga memliki nilai estetika dan memiliki kearifan
lokal dalam setiap sisi bangunannya misalnya Masinding yaitu bagian rumah
berupa dinding dan dilengkapi dengan pintu. Uniknya,
rumah Kajang Lako ini mengenal 3 macam pintu antara lain pintu masinding, pintu
balik melintang serta pintu tegak. Masing-masing pintu ini memiliki karakter
masing-masing. Misalnya pintu tegak yang terletak di sebelah kiri rumah. Ia
memiliki fungsi sebagai pintu masuk. Meski bernama pintu tegak, namun setiap
orang yang melewati bagian ini pasti akan menundukkan badan sebab memang pintu
ini dibuat sangat rendah. Alasannya, menundukkan kepala merupakan penghormatan
terhadap pemilik rumah. Dengan adanya pintu tegak ini maka setiap yang memasuki
rumah “dipaksa” untuk melakukan penghormatan.
BAB IV
KESIMPULAN
Panggung Kajang Leko adalah salah satu wujud cita rasa seni,
budaya, dan keyakinan masyarakat Jambi yang tersirat mulai dari bentuk
bangunan, fungsi ruangan, seni ukiran, dll. Padahal pada awal peradaban
manusia, fungsi dasar rumah adalah untuk melindungi gangguan alam dan binatang.
Namun sejalan dengan peradaban, fungsi rumah berkembang sebagai sumber rasa
aman dan kenyamanan. Secara sosial rumah juga berfungsi sebagai status simbol
dan ukuran kemakmuran. Kini keberadaan Rumah Panggung Kajang Leko juga
digunakan sebagai sarana investasi, pariwisata, dan sumber penilitian
akademika.
DAFTAR PUSTAKA
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1001/rumah-panggung-jambi#photo[gallery]/0/
kebudayaanindonesia.net
diakses pada tanggal 11 Maret 2015
Rumah Adat Jambi - Panggung Kajang
Leko | Rumah Adat Indonesia
rumahadatdiindonesia.blogspot.com
diakses pada tanggal 11 Maret 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Jambi diakses pada tanggal 15 Juni 2015
0 komentar:
Posting Komentar