Rabu, 17 Juni 2015

TUGAS IBD I

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
BANGUNAN BUDAYA INDONESIA
RUMAH PANGGUNG KAJANG LEKO (JAMBI)



OLEH :  AUFI NABILA
NPM   :  51414804
KELAS:  1IA02




BAB I
PENDAHULUAN
Jambi merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera. Jambi juga merupakan nama sebuah kota di provinsi ini yang merupakan kota ibukota provinsi. Jambi terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Kota Jambi terbentuk ketika Kerajaan Melayu Jambi berdiri sekitar abad XVII. Terletak di sekitar tepian Sungai Batanghari, Jambi dibentuk dari berbagai kebudayaan yang berasal dari berbagai etnik, strata sosial, ekonomi, dll yang dapat dilihat dari bangunan dan suasana tepi sungai.


Gambar 1.1 :Rumah Panggung Kajang Leko

BAB II
TIPOLOGI BANGUNAN
Jambi pernah berada pada masa-masa pencarian identitas rumah adat karena terlalu banyak pilihan dan harus memilih satu di antara dua jenis arsitektur rumah tertua di Jambi. Hingga kemudian pada tahun 70-an, gubernur menyelenggarakan sayembara untuk memastikan rumah adat identitas negeri “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” ini.
Dari hasil sayembara tersebut, rumah panggung yang menjadi simbol hunian tradisional masyarakat Jambi dan kita kenal hari ini adalah Rumah Panggung Kajang Leko.  Sebagai bentuk dukungan langsung, Pemerintah Provinsi Jambi membangun rumah tersebut di dalam kompleks Kantor Gubernur Jambi. Dikerjakan pada tahun 1971-1974 serta memusiumkannya. Hingga hari ini kita masih mudah menemukan Rumah Panggung Kajang Leko, bahkan di luar kantor-kantor pemerintahan. Hal ini menjadi poin positif tentunya, karena masyarakat Jambi justru bereforia membangun rumah-rumah berarsitektur adat di tengah perkembangan budaya dan rongrongan kemajuan zaman.
Rumah Panggung Kajang Leko adalah konsep arsitektur dari Marga Bathin. Salah satu perkampungan Bathin yang masih utuh hingga sekarang adalah Kampung Lamo di Rantau Panjang.
Tipologi Rumah Kajang Leko berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran 12 meter x 9 meter. Keunikannya terletak pada struktur konstruksi dan seni ukiran yang menghiasi bangunan. Dari segi konstruksi bubungan atap bangunan rumah panggung Kejang Lako dinamai ‘gajah mabuk’ diambil dari nama pembuat rumah yang mabuk cinta tetapi tidak mendapat restu orang tuanya. Dengan atap bagian atas dinamakan kasau bentuk dibuat dari mengkuang atau ijuk yang dianyam kemudian dilipat dua, berfungsi untuk mencegah air hujan agar tidak masuk ke dalam rumah. Pada bagian langit-langit ada yang dinamai tebar layar yang berfungsi sebagai dinding penutup ruang atas dan penahan rembesan tempias air hujan. Sementara ruang antara tebar layar dan bubungan atap difungsikan sebagai tempat menyimpan barang tak terpakai dinamai panteh. Dan pada bagian samping, masing-masing dinding, terbuat dari papan yang diukir. Rumah Panggung Kajang Lako memiliki 30 tiang yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban. Tiang utama berfungsi sebagai tiang bawah (tongkat) dan sebagai tiang kerangka bangunan juga sebagai tiang penyekat yang membagi ruangan menjadi 8 ruangan dengan kegunaannya masing-masing.
Di bagian depan terdapat ruang masinding. Masyarakat Jambi biasanya menggelar musyawarah adat di rungan ini, dan dipergunakan untuk tempat duduk khusus untuk kaum laki-laki. Karena ruangan ini berfungsi sebagai sarana interaksi sosial, tak heran jika kita mendapati beberapa ragam ukiran. Berikutnya kita akan menemukan motif bungo jeruk yang diukir pada luar rasuk (belandar) di atas pintu. Ragam hias dengan motif flora tersbut dibuat berwarna. Dengan makna filosofis menggambarkan kesuburan Jambi. Setelah itu ada ruang tengah yang berfungsi untuk ditempati oleh para wanita pada saat pelaksanaan upacara adat. Berikutnya adalah ruang balik malintang. Ruang ini terletak di ujung sebelah kanan Rumah Panggung Kajang. Ruangan ini tidak boleh ditempati oleh sembarang orang. Besarnya ruangan balik melintang berukuran 2×9 meter, atau sama dengan luas ruang gaho. Seperti halnya ruang gaho, ruangan balik melintang pun dihiasi ragam ukiran yang berbentuk sisik ikan.
Sementara di bagian bawah terdapat ruang bauman. Ruang ini tidak berlantai dan tidak berdinding, dipergunakan untuk menyimpan abrang, atau memasak pada waktu ada pesta, serta kegiatan lainnya.

BAB III
KEARIFAN LOKAL DALAM BANGUNAN
Rumah Panggung Kajang Leko ini juga memliki nilai estetika dan memiliki kearifan lokal dalam setiap sisi bangunannya misalnya Masinding yaitu bagian rumah berupa dinding dan dilengkapi dengan pintu. Uniknya, rumah Kajang Lako ini mengenal 3 macam pintu antara lain pintu masinding, pintu balik melintang serta pintu tegak. Masing-masing pintu ini memiliki karakter masing-masing. Misalnya pintu tegak yang terletak di sebelah kiri rumah. Ia memiliki fungsi sebagai pintu masuk. Meski bernama pintu tegak, namun setiap orang yang melewati bagian ini pasti akan menundukkan badan sebab memang pintu ini dibuat sangat rendah. Alasannya, menundukkan kepala merupakan penghormatan terhadap pemilik rumah. Dengan adanya pintu tegak ini maka setiap yang memasuki rumah “dipaksa” untuk melakukan penghormatan.

BAB IV
KESIMPULAN
Panggung Kajang Leko adalah salah satu wujud cita rasa seni, budaya, dan keyakinan masyarakat Jambi yang tersirat mulai dari bentuk bangunan, fungsi ruangan, seni ukiran, dll. Padahal pada awal peradaban manusia, fungsi dasar rumah adalah untuk melindungi gangguan alam dan binatang. Namun sejalan dengan peradaban, fungsi rumah berkembang sebagai sumber rasa aman dan kenyamanan. Secara sosial rumah juga berfungsi sebagai status simbol dan ukuran kemakmuran. Kini keberadaan Rumah Panggung Kajang Leko juga digunakan sebagai sarana investasi, pariwisata, dan sumber penilitian akademika.
  


DAFTAR PUSTAKA

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1001/rumah-panggung-jambi#photo[gallery]/0/
kebudayaanindonesia.net diakses pada tanggal 11 Maret 2015

Rumah Adat Jambi - Panggung Kajang Leko | Rumah Adat Indonesia
rumahadatdiindonesia.blogspot.com diakses pada tanggal 11 Maret 2015

http://id.wikipedia.org/wiki/Jambi diakses pada tanggal 15 Juni 2015


0 komentar:

Posting Komentar